18 August 2025

Membangun Bank Sampah yang Kuat: Dari SOP hingga Transparansi Keuangan

Isu pengelolaan sampah di Indonesia seringkali hanya dibicarakan dari sisi teknis: bagaimana memilah, mengangkut, atau mengolah. Namun, satu hal yang sering luput adalah tata kelola kelembagaan. Bank Sampah sebagai ujung tombak gerakan lingkungan berbasis masyarakat justru sangat membutuhkan sistem administrasi yang kuat agar bisa tumbuh berkelanjutan.

Hal inilah yang diangkat dalam Pelatihan FORSEPSI Seri #1 pada Senin, 18 Agustus 2025. Kegiatan yang digelar secara daring melalui Zoom ini menghadirkan lebih dari 170 Bank Sampah binaan Pegadaian dari berbagai daerah di Indonesia, dari Kanwil I Medan, Kanwil VI Makassar hingga Kanwil XII Surabaya.

Pentingnya SOP bagi Bank Sampah

Dalam sesi pertama, peserta diajak memahami urgensi SOP (Standard Operating Procedure).
SOP menjadi semacam “mesin penggerak” yang memastikan sistem tetap berjalan meski ketua atau pengurus inti berhalangan hadir. Dengan SOP, pelayanan kepada anggota menjadi konsisten, dan alur kerja dapat dipelajari dengan mudah oleh pengurus baru maupun tamu.

Beberapa SOP penting yang disarankan antara lain:

  • SOP penerimaan dan penimbangan sampah,
  • SOP pencatatan dan penyimpanan,
  • SOP penjualan,
  • hingga SOP untuk situasi khusus seperti kunjungan narasumber.

SOP tidak perlu rumit, cukup sederhana dan sesuai kebutuhan. Bahkan, flowchart dengan panah-panah bisa dipajang di sekretariat Bank Sampah agar SOP ini semakini mudah dipahami semua pihak.

Laporan Keuangan: Transparansi untuk Kepercayaan

Topik kedua yang dibahas adalah laporan keuangan. Transparansi di bidang ini adalah kunci kepercayaan dari anggota maupun mitra seperti CSR perusahaan.
Laporan keuangan yang rapi tidak hanya menunjukkan posisi kas dan saldo tabungan anggota, tetapi juga menjadi bukti pertanggungjawaban yang sah kepada mitra pembina.

Format laporan sebenarnya tidak harus rumit. Bisa dimulai dari pencatatan sederhana: pemasukan, pengeluaran, dan saldo. Bahkan, sebuah buku tulis atau Excel sederhana sudah cukup asalkan konsisten.

Contoh praktik baik datang dari beberapa Bank Sampah yang rutin menempelkan laporan bulanan di papan informasi, sehingga bisa diakses semua anggota.

Menuju Bank Sampah yang Berdaya

Pelatihan ini menegaskan satu hal penting: Bank Sampah yang tertib administrasi adalah sebuah kebutuhan, bagi internal pengurus maupun pihak eksternal masyarakat. Bank Sampah akan menjadi lebih dipercaya, lebih mudah mendapat dukungan, dan lebih mampu bertahan jangka panjang. Dengan sistem yang kuat, Bank Sampah tidak akan bergantung pada satu atau dua orang saja, melainkan berjalan sebagai lembaga yang mandiri.

Ketua Umum FORSEPSI dalam penutupannya menekankan bahwa SOP dan laporan keuangan adalah pondasi pertumbuhan Bank Sampah. Sebagai tindak lanjut, FORSEPSI akan menyediakan format/template laporan keuangan bagi anggotanya agar latihan ini bisa langsung dipraktikkan.

Pegadaian: Lingkungan dan Literasi Keuangan

Yang menarik, kegiatan ini tidak hanya memperkuat kelembagaan Bank Sampah, tetapi juga menjadi bagian dari kampanye literasi keuangan Pegadaian. Dengan konsep tabungan emas yang diperkenalkan, masyarakat diajak untuk memahami bahwa hasil pengelolaan sampah bisa ditransformasikan menjadi tabungan yang bermanfaat bagi masa depan.

Kombinasi antara ekonomi sirkular dan literasi keuangan inilah yang membuat program ini berbeda. Sampah bukan lagi sekadar masalah, melainkan pintu masuk menuju masyarakat yang lebih mandiri, transparan, dan berdaya (KP).


Kegiatan Lainnya

FORSEPSI juga mengadakan berbagai kegiatan tambahan yang inovatif dan partisipatif.

Pemkot Makassar dan Pegadaian Perkuat Konsolidasi Bank Sampah Menuju Zero Waste 2029

Upaya mewujudkan Makassar sebagai kota yang bersih dan berkelanjutan terus digalakkan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar. Salah satu strategi yang ditempuh adalah memperkuat kolaborasi dengan PT Pegadaian melalui konsolidasi bank sampah dari berbagai daerah di Sulawesi Selatan. Kegiatan konsolidasi ini berlangsung di Kantor Pegadaian Wilayah IV Makassar, Jalan Pelita, pada Minggu (13/7/2025). Forum tersebut menghadirkan perwakilan bank sampah dari sejumlah daerah, mulai dari Makassar, Gowa, Pinrang, hingga Bulukumba, dengan tujuan menyatukan langkah dan strategi pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Makassar, Helmy Budiman, menekankan bahwa kerja sama dengan Pegadaian bukan sekadar soal teknis pengelolaan sampah, tetapi juga tentang membangun kesadaran masyarakat mengenai nilai ekonomi yang terkandung di baliknya. Ia optimistis, melalui sinergi semacam ini, target Zero Waste 2029 dapat dicapai secara bertahap dan terukur. “Berbagai inovasi sudah mulai kita jalankan. Contohnya penggunaan enzim pengurai di Hotel Merkur, maupun program penukaran sampah menjadi tabungan emas yang diinisiasi Pegadaian. Inilah bukti bahwa sampah dapat diberi nilai baru sekaligus membuka peluang ekonomi,” ujar Helmy. Menurutnya, langkah-langkah inovatif tersebut diharapkan dapat menginspirasi masyarakat untuk lebih disiplin memilah sampah sejak dari rumah. Pemkot Makassar pun berkomitmen untuk memperluas edukasi serta memperkuat kerja sama lintas pihak agar pengelolaan sampah menjadi budaya bersama, bukan sekadar program sesaat. Konsolidasi kali ini juga membahas pelatihan, penguatan kelembagaan bank sampah, hingga pemberian insentif yang dapat mempercepat terwujudnya lingkungan kota yang bersih dan berkelanjutan. Deputy Operasional Kanwil IV Pegadaian Makassar, Jainuddin, menambahkan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari evaluasi atas program pembinaan bank sampah yang sudah berjalan sejak 2018. Menurutnya, forum konsolidasi sangat penting sebagai ruang untuk mengevaluasi tantangan, berbagi pengalaman, dan menyusun strategi baru. “Sejak 2018, Pegadaian telah aktif membina bank-bank sampah di berbagai wilayah. Kami tidak hanya memberikan edukasi, tetapi juga mendukung operasional dengan sarana dan prasarana. Salah satu program unggulan yang terus kami dorong adalah penukaran sampah menjadi tabungan emas,” jelasnya. Jainuddin menyebutkan, saat ini sudah ada 30 bank sampah binaan Pegadaian di Kota Makassar. Keberadaan program tabungan emas dari sampah tersebut terbukti memberi motivasi baru bagi masyarakat untuk lebih serius mengelola sampah rumah tangga. “Dengan sinergi ini, target kita jelas: mengolah sampah, menabung emas, sekaligus mendorong terwujudnya Zero Waste di Makassar,” tutup Jainuddin.

Konsolidasi Bank Sampah Binaan Bukti Nyata Komitmen Kanwil II Pekanbaru

PT Pegadaian Kantor Wilayah (Kanwil) II Pekanbaru kembali menunjukkan komitmennya terhadap kelestarian lingkungan dengan menggelar Konsolidasi Nasional Bank Sampah Binaan. Acara ini melibatkan para penggerak bank sampah dari tiga provinsi, yakni Sumatera Barat, Riau, dan Kepulauan Riau, serta dilaksanakan di Hotel Aston In Gideon, Batam, pada Senin (4/8/2025). Kegiatan ini menjadi langkah penting untuk memperkuat tata kelola sampah berbasis masyarakat, sekaligus mendorong terwujudnya ekonomi sirkular. Melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), konsolidasi ini dirancang tidak hanya sebagai forum pertemuan, tetapi juga sebagai ruang berbagi pengalaman, menyatukan visi, dan merumuskan strategi kolaboratif dalam menghadapi tantangan pengelolaan sampah lintas daerah. Pemimpin Wilayah Pegadaian Kanwil II Pekanbaru, Eko Supriyanto, menjelaskan bahwa hingga saat ini Pegadaian telah membina 425 bank sampah yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Melalui program unggulan #SampahJadiEmas, masyarakat didorong untuk menukarkan sampah yang sudah dipilah menjadi tabungan emas. Dari gerakan ini, tercatat sebanyak 9 kilogram emas telah berhasil terkumpul. “Ini adalah bukti nyata bahwa kepedulian terhadap lingkungan dapat berjalan beriringan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sampah yang tadinya dianggap tidak bernilai, ternyata bisa diubah menjadi tabungan investasi yang bermanfaat,” ujar Eko. Kegiatan konsolidasi turut dihadiri Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Batam, Drs. Taufik, AP, yang menyampaikan apresiasi atas kontribusi Pegadaian. Menurutnya, Pegadaian telah berperan besar bukan hanya dalam mengedukasi masyarakat, tetapi juga memberi dorongan nyata berupa pemberdayaan dan insentif yang mendorong partisipasi aktif warga. Ketua Umum Forum Sahabat Emas Peduli Sampah Indonesia (Forsepsi), Mina Dewi Sukmawati, juga menegaskan bahwa peran komunitas menjadi kunci keberhasilan gerakan ini. Ia menilai dukungan Pegadaian tidak sebatas pada pembinaan finansial, melainkan juga pada penguatan ekosistem, termasuk memperkokoh posisi Forsepsi sebagai wadah bagi pegiat bank sampah di seluruh Indonesia. “Pegadaian bukan hanya memberikan sarana, tetapi juga ruang agar suara komunitas bank sampah lebih terdengar dan berdaya. Inilah yang membuat gerakan lingkungan ini semakin inklusif dan berkelanjutan,” jelas Mina. Rangkaian konsolidasi mencakup diskusi tematik, pemetaan tantangan antarwilayah, pemaparan kisah sukses bank sampah binaan, hingga penyusunan langkah aksi kolektif untuk memperkuat jejaring pengelolaan sampah. Melalui inisiatif ini, Pegadaian menegaskan perannya sebagai agen perubahan sosial dan lingkungan. Program konsolidasi diharapkan mampu memberikan dampak yang lebih luas, menciptakan ekosistem pengelolaan sampah yang kokoh, serta mewujudkan masa depan masyarakat yang lebih bersih, hijau, dan sejahtera.

Bank Sampah Binaan Kanwil V Manado Didorong Jadi Motor Edukasi Lingkungan

Sebagai wujud nyata program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), Pegadaian Kantor Wilayah (Kanwil) V Manado menjalin kerja sama strategis dengan Forum Sahabat Emas Peduli Sampah Indonesia (Forsepsi). Kolaborasi ini ditujukan untuk memperkuat peran bank sampah, tidak hanya dalam pengelolaan sampah, tetapi juga sebagai sarana edukasi bagi masyarakat. Pemimpin Kanwil V Manado, Pratikno, menegaskan bahwa sinergi dengan Forsepsi akan memperkuat kontribusi Pegadaian dalam menjalankan program TJSL. “Bank sampah bisa menjadi instrumen yang efektif, baik untuk meningkatkan kesadaran menjaga lingkungan maupun memperluas literasi keuangan,” ujarnya kepada wartawan di Manado, Jumat (4/7/2025). Saat ini Pegadaian Kanwil V Manado telah membina 11 bank sampah, meski baru empat di antaranya yang berjalan sesuai harapan. Melalui kolaborasi ini, Pratikno berharap semakin banyak bank sampah aktif terbentuk sehingga program “Sampah Jadi Emas” dapat menjangkau masyarakat lebih luas. Ia menjelaskan, konsep “Sampah Jadi Emas” memberi nilai tambah nyata, karena setiap sampah yang ditabung di bank sampah dapat dikonversi menjadi saldo Tabungan Emas Pegadaian. “Selain manfaat ekonomi, masyarakat juga didorong untuk memahami emas sebagai investasi jangka panjang yang tahan inflasi,” tambahnya. Sementara itu, Ketua Umum Forsepsi, Mina Dewi Sukmawati, menyambut baik kolaborasi ini. Menurutnya, kerja sama dengan Pegadaian memberi manfaat besar bagi jaringan bank sampah, baik berupa peningkatan sarana-prasarana maupun akses pada solusi pembiayaan. Hingga kini, Forsepsi menaungi lebih dari 425 bank sampah di berbagai daerah. “Mengelola sampah harus dimulai dari rumah, dari sumbernya. Dengan begitu, dampak negatif bisa diminimalkan dan masyarakat memperoleh nilai tambah ekonomi,” jelas Dewi. Kolaborasi ini diharapkan semakin memperkuat peran Pegadaian dalam mewujudkan misi TJSL, yaitu menciptakan lingkungan yang lebih bersih sekaligus mendorong kesejahteraan masyarakat melalui pengelolaan sampah yang berkelanjutan.